Most Popular

Jumat, 06 Januari 2017

Tradisi Nyadran Dan Sejarahnya


 


Nyadran adalah serangkaian tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.Nyadran berasal dari Bahasa Sanksekerta, sraddha yang artinya keyakinan. Nyadran adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan. Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban. Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa
pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri atau kenduren (dalam istilah Jawa) di makam leluhur.
Nyadran merupakan salah satu tradisi dalam menyambur datangnya bulan Ramadhan Kegiatan yang biasa dilakukan saat Nyadran atau Ruwahan adalah:
  • Menyelenggarakan kenduri, dengan pembacaan Al-Qur`an, Tahlil, dan doa, kemudian ditutup dengan makan bersama.
  • Melakukan upacara ziarah kubur, dengan berdoa kepada roh yang telah meninggal di area makam.
Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya`banDalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga,. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanay hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi. Para masyarakat yang mengikuti Nyadran biasnya berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, dengan lauk rempah, prekedel, dan, dan lain-lain.

Sejarahnya:


Nyadran berasal dari tradisi Hindu-budhaSejak abad ke-15 Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan mudah diterima. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam dinilai musrik.Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa.Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kunjungi Juga :